2005

Stiftung und Museum Ali Hasjmy

Nusantara

Signatur

53A/TH/34/YPAH/2005

Verfasser

‘Abd al-Fani ibn Ismâil ibn ‘Abd al-Fani

Einrichtung

Stiftung und Museum Ali Hasjmy

Inhalt

Titel

↳ Titel wie in Handschrift

AL-SHARAH AL-LATÂ`IF AL-ANSHIYAH ‘ALA NAZM AL-‘AQÎDAH AL-SANÛSIYYAH

Thematik

Religion → Islam → ʽIlm al-Kalām/ʽAqīda

Region

Islamische Welt / MENA-Region

Inhalt

Naskah ini berisi teks syarah (kitab penjelasan) dari Nazm al-‘Aqîdah al-Sanûsiyyah, sehingga urutan pembahasannya mengikuti Nazm tersebut. Pembahasan didalamnya meliputi sifat-sifat Tuhan dan segala yang berkaitan dengan ketauhidan. Ada catatan-catatan di pinggir naskah yang isinya menjelaskan kata-kata di dalam teks utama.
Diantara pembahasannya adalah tafsir hadits Nabi Man ’arafa nafsahu fa qad ’arafa rabbahu (barang siapa yang mengetahui dirinya maka sesungguhnya dia telah mengetahui Tuhannya). Yaitu dengan menjelaskan fenomena Ruh dan Jasad; jika ruh berada di dalam tubuh maka tidak diketahui dia ‘bagaimana’ (Kaifiyah), sehingga kita mengetahui Tuhan adalah maha suci dari segala sifat ke-bagaimana-an (kaifiyah). Jika ruh berada di dalam tubuh maka tidak diketahui dia ‘dimana’ (aina`iyyah), tetapi ruh itu berada di seluruh tubuh, maka begitu juga Tuhan al-Haqq berada di segala tempat tanpa kecuali, karena Allah tersucikan dari dimensi Ruang (imkân) dan waktu (zamân). Ketika ruh berada di dalam tubuh maka tidak dapat dirasakan dan disentuh dengan indera, maka kita mengetahui Tuhan tersucikan dari sifat jasadiah, ia tidak terasakan dan tersentuh oleh panca indera, dan lain sebagainya. Selain itu dijelaskan pula tafsir lain tentang hadits itu yaitu tafsir berkebalikan (al-didd) antara sifat manusia dan Tuhan; jika seseorang mengetahui dirinya dengan sifat Ubudiyah maka ia telah mengetahui Tuhan dengan Rububiyah-nya, jika ia mengetahui dirinya dengan ke-fana-annya maka ia telah mengetahui Tuhan dengan ke-Baqa’-annya, jika dia mengetahaui dirinya dengan keserba-kekurangan dan kesalahannya, maka ia telah mengetahui Tuhan dengan Keserbacukupan-Nya dan kesempurnaan-Nya, jika ia mengetahui dirinya kama hiya (seperti dirinya sebagai manusia-ed) maka ia telah mengetahui Tuhannya dengan Kama Huwa (seperti diri Tuhan itu sendiri-ed).

Vollständigkeit